Kamis, 08 Desember 2011

Pengelolaan Laboratorium

STRATEGI PENGELOLAAN LABORATORIUM SAINS

Pendahuluan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya melakukan percobaan. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan.
Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapatlebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Karena berbagai peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium maka perlu pemahaman tentang pengelolaan laboratorium.
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secaraefektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal denganmemperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitandengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran.Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut: perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan, perawatan, dan pengawasan.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitaslaboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitasyang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik  pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memilikikesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan.

1. Fasilitas dan Penataan Alat Laboratorium
Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 44) fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.
Menurut Wicahyono (2003:30), untuk menentukan apakah suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya. Apabila memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas yang dekat dengan laboratorium akibat dari kegiatan yang berlangsung di laboratorium, baik suara atau bau yang ditimbulkan.
Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan   dalam penyimpanan (storing)   maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab)  dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain,  terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Peralatan laboratorium dapat mendatangkan bahaya bila cara menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol reagen, label pada botol tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang keluar dari botol ketika memindahkan isi botol tersebut. Banyak peralatan laboratorium terbuat dari gelas, bahan gelas tersebut mudah pecah dan pecahannya dapat melukai tubuh. Khususnya bila memasukkan pipa gelas kedalam propkaret, harus digunakan sarung tangan untuk melindungi tangan dari pecahan kaca. Pada proses pemanasan suatu larutan, harus digunakan batu didih untuk mencegah terjadinya proses lewat didih yang menyebabkan larutan panas itu muncrat kemana-mana. Juga ketika menggunakan pembakar spiritus atau pembakar bunsen, hati-hati karena spiritus mudah terbakar, jadi jangan sampai tumpah ke atas meja dan selang penyambung aliran gas pada bunsen harus terikat kuat, jangan sampai lepas.
Untuk mengurangi bahaya penggunaan alat laboratorium maka perlu untuk memahami tentang penataan peralatan laboratorium dengan baik dan diharapkan dapat mempelajari bagian Pengenalan dan Penggunaan Alat laboratorium.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1.    Fungsi alat, apakah  sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan   bahan kimia saja
2.     Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian 
3.     Keperangkatan
4.     Nilai/ harga alat
5.     Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6.     Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7.     Bahan dasar penyusun alat, dan
8.     Bentuk dan ukuran alat
9.     Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidak mutlakan dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst. Demikian untuk alat-alat biologi dikelompokkan secara  khas pula seperti penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan, gambar dst.

2. Penataan Bahan Kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk menanggulanginya. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada kemasannya. Dari data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan.
Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api. Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan kimia tidak berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.
Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia  merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),  wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.

3. Pengadministrasian Fasilitas dan Aktifitas Laboratorium
Pengadministrasian laboratorium  dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Sistem pengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium. Misalnya dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan budget, memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun dalam mengawasi dan melindungi kekayaan laboratorium. Mengingat laboratorium merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.
Laboratorium sains di persekolahan, tentu akan memiliki kelengkapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan   laboratorium di industri ataupun lembaga penelitian. Perbedaan tersebut sangat rasional karena ketiga lembaga tersebut mempunyai misi yang berbeda. Namun apabila ditinjau dari sudut pengadministrasian  ketiganya memiliki    komponen yang mirip yaitu adanya :
1.    Bangunan/Ruangan laboratorium
2.    Fasilitas umum laboratorium
3.    Peralatan dan bahan
4.    Ketenagaan laboratorium
5.    Kegiatan laboratorium
Tugas pengadministrasian adalah merekam/menginventarisir komponen-komponen laboratorium tersebut. Adapun alat/instrumen yang digunakan untuk merekam komponen laboratorium  tersebut dalam Buku ini dinamakan format administrasi laboratorium.

4. Langkah-langkah praktis
Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing mahasiswa untuk bekerja dengan baik dan aman, maka perlu persiapan sebelum bekerja. Asisten perlu datang lebih awal untuk memeriksa lokasi dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya asisten harus mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi kecelakaan karena bahan atau peralatan tersebut. Disini kehadiran asisten mendampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia dalam menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah menutup kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci tangan dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh asisten agar menjadi panutan bagi mahasiswa. Masih banyak hal penting yang belum diungkapkan, untuk itu disarankan agar asisten berkomunikasi dengan ketua laboratoriumnya masingmasing dalam meningkatkan kewaspadaan kerja di laboratorium. Mudah-mudahan pengetahun singkat ini bermanfaat bagi setiap individu khususnya bagi para asisten yang bertugas membimbing mahasiswa melakukan praktikum, dan seluruh civitas akademika agar semua dapat menikmati keselamatan, keamanan dan kenyamanan kerja di laboratorium dan ini mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara memuaskan.
1.    Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.
2.    Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.
3.    Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.
4.    Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
5.    Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan lap basah.
6.    Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7.    Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam memahami percobaan.
8.    Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut percobaan yang dilakukan.
9.    Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
10.    Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
11.    Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
12.    Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
13.    Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.
14.    Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
15.    Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan segera pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat pertolongan secepatnya.

Teknik kerja di laboratorium
Hal pertama yang perlu dilakukan
1.    Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
2.    Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
3.    Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4.    Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
Bekerja aman dengan bahan kimia
1.    Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2.    Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3.    Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.
4.    Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).
Memindahkan bahan Kimia
1.    Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
2.    Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3.    Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.
4.    Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.
Memindahkan bahan Kimia cair
1.    Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan memegang botol tersebut.
2.    Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3.    Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.
Memindahkan bahan Kimia padat
1.    Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2.    Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3.    Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori bahan tersebut.
Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi
1.    Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2.    Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.
3.    Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4.    Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.
Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia
1.    Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2.    Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah pemanasan mendadak.
3.    Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum seperampatnya.
Keamanan kerja di laboratorium
1.    Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2.    Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
3.    Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4.    Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5.    Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6.    Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan lap basah.
7.    Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8.    Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9.    Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10.    Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11.    Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah praktikum selesai.

Penanggulangan Keadaan Darurat
Terkena bahan kimia
1.    Jangan panik.
2.    Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.
3.    Lihat data MSDS.
4.    Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
5.    Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
6.    Bawa ketempat yang cukup oksigen.
7.    Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
Kebakaran
1.    Jangan panik.
2.    Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3.    Beritahu teman anda.
4.    Hindari mengunakan lift.
5.    Hindari mengirup asap secara langsung.
6.    Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7.    Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8.    Hubungi pemadam kebakaran.
Gempa bumi
1.    Jangan panik.
2.    Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur, lemari.
3.    Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4.    Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat listrik.
5.    Jangan gunakan lift.
6.    Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.
Database bahan kimia B3
Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
·    Mudah meledak (explosive)
·    Pengoksidasi (oxidizing)
·    Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)
·    Mudah menyala (flammable)
·    Amat sangat beracun (extremely toxic)
·    Sangat beracun (highly toxic)
·    Beracun (moderately toxic)
·    Berbahaya (harmful)
·    Korosif (corrosive)
·    Bersifat iritasi (irritant)
·    Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
·    Karsinogenik (carcinogenic)
·    Teratogenik (teratogenic)
·    Mutagenik (mutagenic)
Penanganan Limbah
Pembuangan limbah
Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat organik harus dibuang secara terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang, limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang tetapi harus diencerkan dengan air secukupnya.
1.    Buanglah limbah sisa bahan Kimia setelah selesai pengamatan.
2.    Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :
a.    Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun harus dikumpulkan dalam botol penampung. Botol ini harus tertutup dan diberi label yang jelas.
b.    Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan pecahan kaca dibuang pada tempat sampah.
c.    Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat dibuang langusng melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air secukupnya.
3.    Gunakan zat kimia secukupnya
Database bahan kimia B3
Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·    Mudah meledak (explosive)
·    Pengoksidasi (oxidizing)
·    Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)
·    Mudah menyala (flammable)
·    Amat sangat beracun (extremely toxic)
·    Sangat beracun (highly toxic)
·    Beracun (moderately toxic)
·    Berbahaya (harmful)
·    Korosif (corrosive)
·    Bersifat iritasi (irritant)
·    Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
·    Karsinogenik (carcinogenic)
·    Teratogenik (teratogenic)
·    Mutagenik (mutagenic)

5. Jenis Laboratorium
Laboratorium dapat bermacam macam jenisnya. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 41): di Sekolah Menengah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Di SLTP mungkin hanya ada Laboratorium IPA saja. Di Perguruan Tinggi, untuk satu jurusan saja, mungkin terdapat banyak laboratorium. Di Jurusan Fisika, dikenal Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Laboratorium Material dan Energi, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Laboratorium Spektroskopi dan Geofisika. Kadang kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas  untuk proses belajar mengajar. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multi guna.

6.  Fungsi/Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Laboratorium dapat berfungsi sebagai yang disebutkan tadi di atas, laboraorium sains harus bersifat fleksibel (luwes), ini artinya laboratorium harus dapat berfungsi sebagai berikut:
·    Tempat siswa bereksperimen
·    Tempat siswa mendiskusikan eksperimen
·    Tempat siswa melihat demonstrasi
·    Tempat siswa mendengarkan penjelasan konsep-konsep sains dari guru.
Amien dalam Tarmizi (2005:12) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan (informasi), menentukan hubungan sebab-akibat (causalitas), membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena apabila sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktekkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan (individual research). Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006:15) fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/PA adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/ PA.

7. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium
Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium.
Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 4647) tentang struktur organisasi dan pengelolaan laboratorium adalah sebagai berikut: Staf atau personal Laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Di Perguruan Tinggi yang bertindak sebagai penanggung jawab laboratorium adalah kepala laboratorium yang diangkat oleh Ketua Jurusan atau Pimpinan Perguruan Tinggi, tergantung status laboratoriumnya, apakah Laboratorium Pusat atau Laboratorium Jurusan. Selain pengelola Laboratorium biasanya terdapat pula seorang Teknisi Laboratorium. Tugas Teknisi Laboratorum membantu penyiapan bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium.

Kesimpulan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya melakukan percobaan atau penelitian.
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secaraefektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal denganmemperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitandengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut: perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan, perawatan, dan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

 Bahari Wira. Peranan Laboratorium Fisika Di Perguruan Tinggi Dalam Proses Standardisasi Pengukuran Besaran Massa, Panjang Dan Waktu Di Masyarakat. (Www.Bsn.Or.Id/Files/348256349/.../Bab%208.Pdf -) diakses tanggal 15 November 2011.

Muchtaridi., (2011), Keselamatan Kerja Di Laboratorium, Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD: Bandung.

Supriatna, Mamat., (2011), Studi Penelusuran Pengelolaam Laboratorium Sains Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelolalaboratorium,Widyaiswara P4TK IPA Bandung: Bandung.

Tim Dosen., (2011), Pengelolaan Laboratorium, FMIPA UNIMED: Medan

Wahyudi Imam. Penataan Dan Pengadministrasian Alat Dan Bahan Laboratorium Kimia. (Helarinchem.Grobogan.Net/.../Penataan-Laboratorium-Kim) diakses tanggal 15 November 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar